Industri pelayaran global menghadapi tekanan besar untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Organisasi Maritim Internasional (IMO) telah menetapkan target ambisius, mendorong kapal beralih dari bahan bakar fosil berat ke bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan (seperti LNG, Metanol, Amonia, dan Hidrogen). Dalam transisi monumental ini, Perwira Teknika (Marine Engineer) adalah garda terdepan di ruang mesin.
Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Malahayati Aceh mempersiapkan taruna Teknika untuk menjadi insinyur yang menguasai mesin pembakaran konvensional dan sistem propulsi masa depan yang kompleks, siap memimpin perubahan teknologi di atas kapal.
1. Tantangan Bahan Bakar Alternatif
Setiap bahan bakar alternatif memiliki tantangan operasional unik yang harus dikuasai oleh Marine Engineer:
- LNG (Liquefied Natural Gas): Dikenal sebagai bahan bakar transisi karena emisi sulfur dan partikulatnya rendah. Tantangan utamanya adalah manajemen tangki kriogenik (suhu sangat dingin) dan mitigasi risiko kebocoran gas metana.
- Metanol dan Amonia: Bahan bakar yang menjanjikan menuju zero carbon. Namun, Metanol memiliki toksisitas tinggi, dan Amonia bersifat sangat korosif dan beracun. Perwira Teknika harus menguasai prosedur keselamatan (K3) ekstra ketat dan sistem penanganan bahan bakar yang kompleks.
- Hidrogen: Pilihan paling bersih (zero carbon), tetapi manajemen penyimpanan (sangat dingin atau bertekanan tinggi) dan keselamatan kebocoran menjadi tantangan teknis yang memerlukan keahlian spesialis.
2. Kompetensi Dual-Fuel dan Sistem Propulsi Baru
Poltekpel Malahayati membekali taruna dengan keahlian teknologi Dual-Fuel Engine dan sistem propulsi inovatif:
- Penguasaan Mesin Dual-Fuel: Taruna dilatih untuk mengoperasikan mesin kapal yang dapat berjalan menggunakan dua jenis bahan bakar (misalnya, MDO dan LNG) secara bergantian. Ini memerlukan pemahaman mendalam tentang sistem injeksi dan kontrol yang berbeda.
- Sistem Baterai dan Hibrida: Di kapal ferry atau kapal pesiar, sistem propulsi hibrida yang menggabungkan mesin konvensional dengan baterai listrik menjadi umum. Taruna Teknika harus menguasai manajemen daya dan sistem baterai tegangan tinggi.
- Monitoring Emisi Lanjutan: Perwira dilatih menggunakan sensor dan perangkat lunak untuk terus memantau dan mencatat emisi (misalnya, NOx dan SOx) kapal, memastikan kepatuhan terhadap regulasi IMO.
3. Kesiapan Perwira untuk Regulasi IMO
Perwira Teknika harus memastikan kapal tetap legal dan efisien di bawah regulasi ketat IMO:
- Energy Efficiency Existing Ship Index (EEXI): Memahami bagaimana memodifikasi atau mengoperasikan mesin agar kapal lama tetap memenuhi standar efisiensi energi yang baru.
- Carbon Intensity Indicator (CII): Turut serta dalam tim manajemen kapal untuk memastikan kapal beroperasi pada jalur yang paling efisien agar tidak mendapatkan rating CII yang buruk (rating D atau E).
Poltekpel Malahayati Aceh mencetak Marine Engineer yang inovatif, siap menghadapi revolusi energi di lautan, dan menjadikan industri pelayaran Indonesia lebih hijau.

Leave a Reply