Industri pelayaran adalah sektor global yang diatur oleh seperangkat aturan ketat, yang ditetapkan oleh Organisasi Maritim Internasional (IMO). Bagi seorang perwira, kemampuan teknis tidak berarti tanpa kepatuhan mutlak terhadap regulasi keselamatan ini. Keselamatan di laut adalah harga mati.
Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Malahayati Aceh menanamkan pemahaman ini sejak hari pertama taruna/taruni menginjakkan kaki di kampus. Kurikulum kami diselaraskan penuh dengan Konvensi STCW 1978 amandemen Manila (Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers), memastikan lulusan kami siap berlayar di perairan internasional.
1. Implementasi Penuh STCW: Paspor Menuju Karir Global
Konvensi STCW adalah standar emas yang menentukan kompetensi seorang pelaut. Poltekpel Malahayati memastikan setiap lulusan memperoleh:
- Sertifikat Kompetensi yang Diakui Dunia: Baik Ahli Nautika Tingkat III (ANT-III) maupun Ahli Teknika Tingkat III (ATT-III), serta sertifikasi pendukung lainnya, dikeluarkan melalui proses yang ketat dan diakui oleh IMO. Ini adalah paspor bagi lulusan kami untuk bekerja di kapal bendera asing mana pun.
- Prosedur Darurat dan Keselamatan (SOLAS): Lulusan dilatih secara realistis dalam penanganan kebakaran, evakuasi, pertolongan pertama, dan kelangsungan hidup di laut, sesuai dengan regulasi SOLAS (Safety of Life at Sea).
- Komunikasi Kritis: Taruna dibekali kemampuan komunikasi berbahasa Inggris dan penggunaan sistem komunikasi maritim global (GMDSS) yang vital untuk koordinasi keselamatan.
2. Budaya Keselamatan Sejak Dini
Kepatuhan tidak bisa dipaksakan; ia harus menjadi budaya. Poltekpel Malahayati menanamkan budaya keselamatan melalui:
- Disiplin Taruna: Pembinaan semi-militer berfungsi untuk menanamkan kedisiplinan tinggi, ketelitian, dan rasa tanggung jawab—sifat-sifat yang penting untuk mematuhi daftar periksa keselamatan (checklist) tanpa kompromi.
- Simulasi Realistis: Penggunaan simulator modern (anjungan dan kamar mesin) memungkinkan taruna mengambil keputusan keselamatan dalam skenario cuaca buruk, kerusakan mesin, atau tubrukan, tanpa risiko nyata.
3. Perwira Aceh: Penjaga Lingkungan Maritim (MARPOL)
Sebagai negara maritim, peran perwira dalam menjaga lingkungan laut sangat penting. Lulusan Poltekpel Malahayati juga dilatih untuk mematuhi regulasi MARPOL (Marine Pollution):
- Manajemen Limbah Kapal: Memahami cara penanganan dan pembuangan limbah minyak, sampah, dan kotoran agar tidak mencemari laut Aceh dan perairan internasional.
- Operasional Ramah Lingkungan: Mengedepankan efisiensi energi dan praktik pelayaran yang meminimalkan jejak karbon.
Dengan fokus tak tergoyahkan pada keselamatan dan kepatuhan internasional, Poltekpel Malahayati Aceh mencetak perwira yang andal, bertanggung jawab, dan siap berkarir di seluruh dunia. Keselamatan adalah fondasi etos kerja kami.

Leave a Reply